HOLISTIKA PEMIKIRAN PENDIDIKAN
MALIK FADJAR ( 2005 )
ARAH BARU PENDIDIKAN NASIONAL MENGHADAPI ERA GLOBAL
visi dan Misi Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki visi dan misi yang jelas dan tegas. Visi dan misi ini bertumpu pada kenyataan, bahwa: Pendidikan nasional mengemban visi dan misi integrasi nasional, martabat kemanusiaan, spiritual dan moralitas bangsa, kecerdasan, dan kecakapan hidup.
Merangkai Propenas Pendidikan Berwawasan Globalisasi : Refleksi Hardiknas 2004
Mengarahkan pandangan kearah pembangunan pendidikan di Indonesia tampaknya membutuhkan keseriusan. Bnayak kendala yang menghadang. Profesionalisme dan Kontekstualisme pendidikan merupakan prasyarat utama bagi pembangunan pendidikan di masa depan.
Tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Pertama, mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapai. Kedua, mengantisipasi era globalisasi. Ketiga, melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman kebutuhan/keadaan daerah peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
Adapun masalah paling mendesak untuk dipecahkan adalah masih rendahnya pemerataan pendidikan, masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan masih rendahnya manajemen pendidikan. Untuk memecahkan masalah tersebut beberapa kebijakan telah ditempuh. Pertama, pendidikan berbasis masyarakat luas dengan orientasi kecakapan untuk hidup. Kedua, Penerapan manajemen berbasis sekolah. Ketiga, pelaksanaan otonomi dan desentralisasi dengan pembentukan Komite Sekolah, Dewan pendidikan, dan Standarisasi Pendidikan.
Desentralisasi Pendidikan dan Peningkatan kualitas SDM
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah Otonom dengan kerangka NKRI. Beberapa aturan mengenai Otonomi Daerah ini diungkapkan dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom.
Melalui Undang-Undang diatas, pendidikan diharapkan berorientasi kepada mutu, relevan, dengan kondisi global dan kebutuhan daerah, dan merata pada masyarakat setempat. Analisis SWOT ( Strenght, Weakness, Opportunity, and Treatment [Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Hambatan] ) adalah strategi awal bagi pemberdayaan dan pengembangan pendidikan daerah.
Manajemen Berbasis Sekolah : Filosofi dan Kontekstualisasi di Indonesia
Secara konseptual, MBS dipahami sebagai salah satu alternatif pilihan formal untuk mengelola struktur penyelenggaraan pendidikn yang terdesentralisasi dengan menempatkan sekolah sebagai unit utama peningkatan. Terkait dengan desentralisasi, MBS dikembangkan untuk membangun sekolah yang efektif. Hanya saja, konsep desentralisasi model MBS mengacu pada sekolah swa-manajemen (self managing school), bukan pada penyelenggaraan sekolah mandiri (self-governing school). Depdiknas merumuskan pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas yang optimal dalam manajemen dan alokasi sumber daya yang mereprensentasikan MBS, sekolah perlu merumuskan konsep akuntabilitas sekolah.
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.
memahami Jati Diri Bangsa Melalui Lensa Pendidikan.
Jati diri merupakan kontinum, Ia merupakan bentukan proses panjang yang melibatkan aspek kolektif, dan jarang ( atau mustahil ) bersifat tunggal. Membangun (kembali) jati diri bangsa memang suatu usaha bersama yang harus terus berlanjut. Identitas dilukiskan sebagai the journeying self.
Diri yang berjalan, berziarah. Sehingga identitasnya adalah hasul dari berbagai pengalaman sosial yang tergantung dari pertemuan dengan unsur yang baru atau tergantung dari apa yang ditinggalkan. Dia berubah menurut tantangan yang ditemui dan jawaban yang diberikan.
Pendidikan sebagai Praksis Pembangunan Bangsa : Telaah Atas Peranan Pranata Kependidikan.
Pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa, meskipun terkesan klise, tapi tetap menarik dan penuh makna. Lebih-lebih ditengah-tengah suasana krisis multi dimensi yang berkepanjangan mendera bangsa dan negara, dimana peran pendidikan ikut dipertanyakan, bahkan di gugat:
Peranan Pranata Pendidikan
Peranan guru dan pemimpin pendidikan
Peran dan tanggung jawab : Menerjemahkan nilai-nilai, norma, dan muatan pendidikan yang dituntut oleh masyarakat, bangsa, negara yang terus bergerak secara dinamis
Mengelaborasikan makna dan isi pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa sesuai dengan kemajuan IPTEK maupun perkembangan dan perubahan yang telah berlangsung
Menggali dan mencari alternatif model dan jenis pendidikan yang berwawasan lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Peranan lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi
Peran dan tanggung jawab yang paling banyak dituntut :
Kemampuannya dalam menjalankan serangkaian kebijakan pendidikan yang telah terbakukan lewat sistem yang berlaku secara nasional, baik kuantitas maupun kualitas
Kemampuannya dalam memenuhi dan mewujudkan pendidikan nasional secara akademik khususnya yang berhubungan dengan mutu yang bertaraf nasional maupun internasional
Kemampuannya dalam mengemban visi dan misi bangsa
Peranan lembaga-lembaga keagamaan sebagai wadah pendidikan bersifat khusus dan non-formal seperti pondok pesantren, tempat-tempat ibadah, dan organisasi sosial keagamaan
Peranan yang paling menonjol, diantaranya :
Menerjemahkan nilai dan moral agama
Membimbing dan mengarahkan masyarakat kearah kemajuan melaui tradisi yang dimilikinya
Menanamkan sifat-sifat dan prilaku yang terpuji dan luhur bagi terciptanya peradaban yang religius
Peranan pusat-pusat keilmuan sebagai wadah kegiatan penelitian, pembelajaran, dan pelatihan
Peran pusat-pusat keilmuan itu, terutama adalah dalam :
Memanajemen sumber-sumber keilmuan itu sebagai kekuatan yang mendukung pendidikan akademis, profesi dan keterampilan
Menjembatani dan menginformasikan sumber-sumber keilmuan itu untuk memajukan dan memperbaharui sistem dan kebijakan pendidikan nasioanal
Memelihara dan sekaligus mengembangkan sumber-sumber keilmuan itu sebagai bagian dari kekayaan dan kebanggaan bangsa dan negara.
Peranan pusat-pusat seni dan budaya sebagai wadah kegiatan pendidikan dan kebudayaan
Peran utamanya adalah :
Menerjemahkan nilai-nilai seni dan budaya yang dimiliki sebagai landasan proses pembangunan bangsa
Memosisiskan seni dan budaya yang dimiliki sebagai kekuatan riil dalam proses pembangunan bangsa
Memelihara dan mengembangkan seni dan budaya sebagai kekayaan dan kebanggaan bangsa dan negara
Menyinergikan Peranan Pranata Kependidikan
Menyinergikan peranan pranata kependidikan itu diangankan mampu melahirkan semacam inner power and beuty, dan power and beuty in simplicity, dalam arti “ murah dan sederhana, tapi kuat dan indah”.
Pendidikan Nasional, Bangsa Indonesia, dan Kehidupan Berbangsa
Bahasa Indonesia selain merupakan bahasa nasional juga merupakan bahasa negara. Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau setiap orang dituntut untuk menguasai bahasa indonesia agar ia dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya dan dapat menjaga dan menikmati haknya sebgai warga negara. Dalam hubungan itulah pendidikan dalam arti yang luas mempunyai peran kunci dalam kehidupan berbagsa dan bernegara.
Aspek Pendidikan
Pendidikan nasional saat ini mempunyai landasan yang lebih mantap dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disinilan bahasa Indonesia dapat berperan sebagai sarana utama untuk melancarkan tercapainya tujuan komunikasi. Dengan kata lain, penguasaan bahasa Indonesia yang baik sangat diperlukan oleh para pengelola dan pelaksana pendidikan, peserta didik, orang tua, dan warga masyarakat pada umumnya sebagai modal utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pengajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi tidak hanya dibutuhkan oleh warga negara Indonesia. Warga negara asing pun cukup banyak yang ebrminat untuk mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia. Seperti halnya beberapa negara asing, selain negara yang berbahasa inggris mampu mengenalkan budayanya di Indonesia melalui kursus bahasa asing yang diselenggarakan oleh negara yang bersangkutan.
Kehidupan Berbangsa
Dalam kehidupan berbangsa kita pasti perlu berkomunikasi, baik antar warga maupun antar warga masyarakat dan pemerintah. Dengan kita mengetahui bahasa Indonesia dengan baik kita dapat memenuhi dan melaksanakan peraturan perundang-undangan.
Kaitan Ilmu dan Moral : Upaya Membangun Moralitas dan Sikap Ilmiah Bangsa.
Apabila hakikat moral adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia, maka ilmu memiliki sifat sebaliknya. Yakni, ia senantiasa berupaya mengungkapkan realitas sebagai mana apa adanya. Verifikasi moral dan ilmu demikian hampir mendirikan ilmu sebagai pengetahuan bebas nilai, lebih-lebih yang bersifat dogmatis. Sedangkan moral selalu cenderung memaksakan nilai-nilai itu, meski terhadap argumentasi-argumentasi ilmiah sekalipun.
Pandangan Islam terhadap Ilmu dan Moral
Meski Alquran dan hasist Nabi Saw. Berulangkali menyuruh umat manusia mencari ilmu, tapi kunci keselamatan manusia di dunia dan akhirat pada akhirnya tidaklah ditentukan oleh ilmu sendiri, tetapi oleh moralitas dan akhlaknya.
Sifat ilmu digunakan untuk kebaikan dan keburukan. Ilmu juga bersifat komunal dan universal, artinya ilmu pengetahuan menjadi milik bersama, sehingga setiap orang berhak memanfaatkannya. Islam tetap membebaskan ilmu sebagai hikmah atau pengetahuan yang netral bagi penemunya, lalu dalam waktu yang bersamaan Allah Awt. memberikan nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam arti penggunaannya.
Tanggung jawab profesional dan sosial tersebut adalah fenomena dimana ilmu pengetahuan dapat berkembang sesuai dengan nilai-nilai moral, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Pengembangan Sikap Ilmiah dalam Konteks Pendidikan Nasional
Upaya perbaikan perlu senantiasa dilakukan secara berkesinambungan, yaitu dengan senantiasa melakukan penyesuaian antara sistem pendidikan yang berlaku dengan ciri khas kebudayaan masyarakat yang selalu berkembang. Perlu dibangun dan dikembangkan sistem pendidikan nasional atas dasar kesadaran kolektif bangsa yang bermoral dan mencintai ilmu pengetahuan dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia.
Peran Serta Universitas dalam Pembangunan Nasional.
Masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya saat ini, memasuki era perubahan sosial yang kritis. Tidak seperti perubahan-perubahan besar yang pernah melanda peradaban manusia dimasa lalu yang berlangsung secara evolusioner, dinamika masyarakat memasuki milineum ketiga saat ini berlangsung dalam waktu yang relatif sangat cepat dan kompleksitas yang lebih tinggi. Dalam konteks yang lebih makro, universitas dituntut untuk menyediakan kesempatan belajar yang lebih luas, lebih mempedulikan kebutuhan client yang arasnya mulai dari kebutuhan individual, daya saing ekonomi para lulusannya, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, bahkan sampai pada aspek sosio-kultural,pertahanan dan keamanan nasional.
Pergeseran Konteks Pembangunan Nasional
Tanda-tanda pergeseran konteks kehidupan ini secara nyata terlihat didalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan nasional yang selama ini diidentikan dengan akumulasi dan pemanfaatan modal yang bercorak fisik dan finansial harus bergeser ke penciptaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor lain yang menambah rumitnya wacana dan konteks pembangunan nasional di Indonesia saat ini adalah adanya transisi yang ditandai masih belumsatunya visi dan penafsiran terhadap kebijakan otonomi daerah, sehingga dalam beberapa persoalan tertentu terasa sulit “menyatubahasakan” hak dan kewenangan daerah dengan kepentingan nasional. Tantangan pembangunan nasional ke depan, khususnya disektor pendidikan adalah penyediaan dan pengelolaan pendidikan terutama pendidikan tinggi, yang mampu menghasilkan sumber manusia unggulan, dengan produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara fungsional dapat dimanfaatkan sebagai kunci strategis untuk mendukung eksisitensi bangsa dan partisipasinya dalam komunitas dunia.
Rekontruksi Peran Universitas dalam Pembangunan Nasional
Peran penting universitas adalah kenyataan bahwa dukungan pembiayaan pemerintah dalam masa ekonomi yang sulit seperti sekarang sangatlah terbatas, sebagaimana dialami juga disektor-sektor lain. Salah satu persolan yang tidak sederhana untuk dipecahkan adalah peran universitas sebagai intuisi pendidikan yang berstandar nasional ( bahkan dalam jangka panjang diharapkan memiliki standar internasional) di tengah-tengah maraknya semangat otonomi daerah yang berdimensi banyak.
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL BERBASIS AGAMA DAN BUDAYA : USAHA KE ARAH KEARIFAN FUNGSIONAL DAN SPIRITUAL.
Relasi Harmonis Antara Pendidikan, Agama, Budaya, dan Perdamaian
Perdamaian adalah hajat manusia sedunia. Salah satu jalan damai yang layak diperjuangkan untuk meretas kebekuan kehidupan manusia di dunia adalah mendayagunakan institusi-institusi pendidikan, agama, dan kebudayaan.
Tugas Manusia di Dunia
Manusia adalah Khalifah, manusia akan diminta pertanggungjawaban atas tugasnya menjalankan “mandat” Tuhan itu. Tugas manusia di dunia adalah melakukan pengelolaan dan penataan kehidupan di alam dengan spiritualitas ketundukan kepada Tuhan dan semangat saling membutuhkan dan kerja sama yang bersendikan tingkah laku pro-sosial demi mewujudkan hubungan harmonis secara vertikal dan horisontal.
Pesan Agama
Ruh dan agama adalah perdamaian. Tugas dan kewajiban manusia sebagai “spesies” bumi dengan segenap keunggulan yang dimilki adalah mewujudkan dan memelihara perdamaian. Jadi, agama dengan senantiasa mengingatkan pemeluknya untuk menebar kedamaian di dunia. Oleh karena itu, spiritualitas agama haruslah menjadi kerangka acuan bagi segenap manusia untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Pesan Kebudayaan
Proses Kebudayaan adalah proses humanisasi. Hidup manusia menyarankan ditegakkannya semangat kesederajatan untuk membangun interdependensi. Perbedaan-perbedaan suku, ras, etnik, bahasa, dan agama bukan penghalang untuk mengikat diri dalam persaudaraan universal tadi.
Membangun Strategi
Ada beberapahal strategis yang bisa diperankan pendidikan dalam meresolusi konflik dan kekerasan didunia. Pertama, pendidikan mengambil strategi konservasi. Secara visioner dan kreatif pendidikan perlu diarahkan untuk menjaga, memlihara, mempertahankan “aset-aset budaya dan agama” berupa pengetahuan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menyejarah. Kedua, Pendidikan mengambil strategi Restorasi. visioner dan kreatif pendidikan perlu diarahkan untuk memperbaiki, memugar, dan memulihkan kembali aset-aset agama dan budaya yang telah mengalami pencemaran, pembusukan, dan perusakan.
Multikulturalisme Pengetahuan Funsional dan Spiritualisme Agama
Pluralisme dan multikulturalisme agama yang ada ini jika tidak dibarengi spiritualitas keagamaan akan menyulutkan kerawanan sosial, yang pada gilirannya terjadi konflik. Memperkokoh masyarakat berbasis spiritualitas –keagamaan adalah langkah strategis membangun kesejahteraan dalam arti yang sebenarnya.
Masa Depan Integrasi Bangsa : Mengaca pada Tesis Huntington Clash of Civilization
Globalisasi, di satu sisi, bisa memunculkan fenomena universal civilization (V.S. Naipul, dalam Huntington, 1996), dan sisi lain, bisa membangkitkan kesadran lokal (Yasraf Amir Piliang, 1998).
Persoalan yang dimaksud Huntington adalah terjadinya konflik disepanjang garis pemisah budaya (culture fault lines) yang memisahkan peradaban-peradaban, seperti Barat, Konfusius, Jepang, Islam, Hindu, Slavia, Amerika Latin, Afrika.
Memandang Masa Depan Peradaban Bangsa Melalui Lensa Relevansi Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana : Kini dan Masa Depan
Dalam konteks ini ada beberapa catatn khusus. Pertama, bahwa sering diungkap bahwa bangsa ini mengalami krisis multidimensi. Kedua, saat inibangsa dan masyarakat kita sering menuju ke Indonesia Baru, setelah ada Reformasi dan mengarungi dunia melenium ke -3. Ketiga, neski “pembangunan” pernah menjadi “credo” bangsa ini selama Orde Baru, maka krisis yang pernah, dan mungkin masih, kita alami mengandung arti bahwa pekerjaan pembangunan ini harus diteruskan. Dalam konteks sekarang, tuntutannya adalah bahwa pendidikan mesti memainkan peran yang revolusioner, melakukan perubahan-perubahan yang fundemental.
Kembali ke Jiwa Pendidikan : Memperkokoh Wacana Humanisasi Pendidikan Islam
Pada bukunya, Man and Islam (1982), syariati mengungkap secara menarik tentang atribut yang melekat pada diri manusia yang membedakannya dengan binatang. Atribut yang dimaksud adalah kesdaran diri, kemauan bebas, dan kreatifitas. Tiga ciri fundamental ini menjadu pembeda manusia dengan binatang, dalm dimensinya sebagai insan bukan sebagai basyar. Sistem pendidikan Islam, disarankan mampu mengakomodasi secara integrated, antara dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, atau dalam bahasa lain, antara dimensi intelektual, moral, dan spiritual serta profesional.
Guru : Sumber Utama Pendidikan
Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 2003 di setiap tingkat sekolah, kecamatan, kabuoaten/kota, provinsi, dan nasional melihat perkembangan maupun kemunduran pendidikan di negara ini. Guru menempati posisi sentarl dalam mengejawantahkan dan melahirkan SDM berkualitas di negeri ini. Guru tetap merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan itu sendiri, terlebih bagi penciptaan SDM berkualitas. Guru bukan saja pada penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan spiritual yang diembankan kepadanya untuk ditransformasikan kepada anak didik. Peran guru bukan saja sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai pembimbing, pelatih bahkan “pencipta” perilaku peserta didik. Aspek kognitif, afektif, psikomotorik peserta didik harus menjadi fokus utama pendidikan yang dibidik oleh guru. Pendidikan wajib belajar 9 tahun harus menanamkan nilai-nilai demokratisasi, nasionalisme, dan transparasi dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai wahana pengembangan IPTEK, Imtak, dan pemersatu bangsa. Adanya Undang-undang Guru Nomor 20 Tahun 2003 ini dimaksudkan sebagai usaha perlindungan terhadap profesi guru dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas, dan profesi guru akan diminati kembali oleh generasi muda yang berkualitas.
Guru Agama : Kiprah dan Tantangan Masa Depan
Tugas dan peran guru agama yang paling utama adalah menanamkan rasa dan amalan hidup beragama bagi peserta didiknya. Guru agama mampu membawa peserta didik untuk menjadikan agamanya sebagai landasan moral, etik, dan spiritual dalam kehidupan kesehariannya. Guru agama juga dituntut pula kesiapan serta kematangan kepribadian dan wawasan keilmuan, mampu memainkan peran komunikator dalam menciptakan suasana keagamaan individu-individu maupun kelompok lingkungan peserta didik.
Bagaimana Metodologi Pendidikan Agama di Sekolah ?
Mutu maupun pencapaian pendidikan agama perlu diorientasikan kepada hal-hal sebagai berikut .
Tercapainya sarana kualitas pribadi, baik sebagai manusia yang beragama maupun sebagai manusia Indonesia yang ciri-cirinya dijadikan tujuan pendidikan nasional.
Integrasi pendidikan agama dengan keseluruhan proses maupun institusi pendidikan yang lain.
Tercapainya Internalisasi nilai-nilai dan norma keagamaan yang fungsinya secara moral untuk mengembangkan keseluruhan sistem sosial dan budaya.
Penyadaran pribadi akan tuntutan hari depannya dan transformasi sosial dan budaya yang etrus berlangsung.
Pembentukan wawasan ijtihadiyah (cerdas rasional) di samping penyerapan ajaran secara aktif.
Yang paling ideal untuk metodologi pengajaran pendidikan agama adalah metode integratif, yakni dengan memasukan metode suatu mata pelajaran yang lain, hanya saja tidak mudah untuk diterapkan. Perlu diingat bahwa setiap jenis metode ada kelebihan dan kelemahannya. Karena itu, kepandaian dan kecermatan dalam memilih metode akan sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan kreativitas guru agama itu sendiri.
Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan
Allah Swt. menguraikan bahwa, “ dunia ini merupakan arena kompetisi untuk memilih yang terbaik amalannya” (QS.Hud [11] : 7). Agama sendiri mengandung konsep pahala dan dosa untuk mengukur kualitas hidup manusia beriman. Adalah konsep reward and punishment merupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional edukatif siswa yang berprestasi dan bermasalah. Sedangkan punishment dalam konteks pendidikan dimaksudkan sebagai usaha paedagogis ke arah perbaikan. Hukuman (punishment atau al-‘ uqûbah) diberikan bukan sebagai siksaan baik fisik maupun rohani, melainkan sebagai usaha mengembalikan siswa ke arah yang baik dan memotivasinya menjadi pribadi yang imajinatif-kreatif, dan produktif. Jadi, membangkitkan imajinasi kreatif dan produktif haruslah menjadi orientasi utama adanya reward and punishment dalam praktik-praktik pendidikan.
Perlu membenahi kembali Ilmu Pendidikan ?
Keraguan bahkan mungkin ketidakpercayaan, terhadap institusi pendidikan dapat dipahami dari berbagai segi. Pertama, fenomena pendidikan selalu memperlihatkan watak normatif dan Imperatif. Kedua, ketika pendidikan ditanggapi secara mikro, maka akan segera terlihat kompleksitas permasalahnnya. Ketiga, dari sudut kebijakan untuk semua, pendidikan di negara kita berhadapan dengan kenyataan kependudukan dan letak geografis yang menuntut kesiapan sumber daya dan sumber dana yang tidak kecil, den terlebih sangat penting menuntut rasa keadilan. Keempat, bukan dimaksudkan sebagai “phobia” akan kenyataan globalisasi, tapi bahwa globalisasi telah menjadi sesuatu yang fenomenal.
Untuk memenuhi keinginan terbentuknya integritas keilmuan pendidikan kiranya dibutuhkan kesiapan-kesiapan mendasar dibawah ini. Pertama, kesiapan kultural untuk menentukan orientasi normatif dan fungsi-fungsi imperatif pendidikan. Kedua, usaha mempertegas struktur atau bangunan ilmu pendidikan ditengah masyarakat yang cepat berubah. Ketiga, Riset-riset untuk membangun ilmu pendidikan pada jangka panjang perlu diadakan guna melahirkan produk keilmuan yang efektif untuk memperkuat kebijakan pendidikan yang sanggup mengakomodasi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis dan beragam.
Urgensi Pendidikan Penelitian Benda Sejarah
Penelitian yang baru saja dirintis oleh Pusat Arkeologi di Barus telah membuktikan hal tersebut. Sebuah makam seorang wanita muslim bernama Tuhar Anisuri telah ditemukan di pesisir Barat Sumatera berumur 90 tahun lebih tua dari makam Malik As-Sholeh di Aceh Utara abad 13 M yang selama ini dikenal sebgai abad masuknya islam ke wilayah nusantara.
Eksploirasi terhadap masa lampau sudah tentu memperkaya gambaran tentang siapa dan lingkungan mana kita hidup di masa ini, untuk kemudian dapat dipergunakan sebagai pelengkap data penyempurna bagi potret kehidupan masa depan supaya lebih mempunyai arah.
Salah satu manfaat hasil penemuan semacam ini, sedikitnya bisa dijadikan cermin kehidupan, khususnya masyarakat Barus dan sekitarnya. Bukankah bangsa yang berkarya besar dan memiliki martabat yang besar sering kali disebabkan oleh karena bangsa tersebut memiliki latar belakang sejajar yang besar pula.
Thomas Alva Edison Light, 2002 : Apresiasi Pemikiran Keilmuan
Dari egi pendidikan, ilmu fisika melatih peserta didik untuk berfikir secara logis, rasional, operasional, dan terukur, sesuai dengan karakteristik ilmu ini. Pendidikan ilmu fisika mempunyai dua dimensi yang sangat erat kaitannya satu sama lain. Pertama, dimensi substansi keilmuan fisika peserta didik diarahkan untuk menguasai dalil, teori, generalisasi, konsep, dan prinsip-prinsip ilmu fisika. Kedua, fisika merupakan alat (means) pendidikan yang lebih luas, melalui ilmu fisika, logika berpikir peserta didik dikembangkan sehingga lebih tertib dan sistematis.
Kearah Pesan-pesan Perdamaian Pendidikan
Kita semua mengetahui dan memahami sedalam-dalamnya bahwa pada waktu Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) beberapa tahun yang lalu menerima resolusi dengan “The International Culture of Peace”. Badan dunia ini menganjurkan kepada kita semua untuk menempuh pendekatan dialog secara berkelanjutan dan tidak menggunakan pendekatan militer.
RELASI PENDIDIKAN TINGGI ( ISLAM ), MADRASAH, DAN PESANTREN DALAM MENGGAGAS PENDIDIKAN ALTERNATIF DI ERA GLOBAL.
Sintesis Antara Perguruan Tinggi dan Pesantren: Upaya Menghadirkan Wacana Pendidikan Alternatif.
Peguruan tinggi dan pesantren adalah dua tradisi pendidikan yang mempunyai banyak perbedaan. Perguruan tinggi merupakan gejala kota, sedang pesantren adalah gejala desa. Perguruan tinggi lebih menekankan pendekatan yang bersifat liberal, sedangkan pesantren lebih menekankan sifat konservatif yang berstandar dan berpusat pada figur sang Kiai.
Menurut Dr. Sutomo pendidikan nasional Indonesia kurang memperoleh tanggapan yang berarti, tetapi patut digarisbawahi bahwa ternyata pesantren telah dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembentukan identitas budaya bangsa Indonesia.
Sintesis antara perguruan tinggi dan pesantren menghadapi persoalan yang cukup serius, karena kedua institusi tersebut sudah terlanjur dikembangkan dalam wacana keilmuan yang dualisme-dikotomis. Dalam kerangka kesatuan ilmu tadi masalah manajemen dan kepemimpinan, pembentukan tradisi baru, dan keterkaitan institusi dengan perkembangan masyarakat, sehingga sintesis yang diinginkan betu-betul menyeluruh, bukan artifisial.
Masa Depan Madrasah: Antara Peluang dan Tantangan Peradaban Global
Mampukah madrasah ikut serta membangun akar peradaban global di negeri ini, dalam konteks gelombang-gelombang perubahan yang menerpa hampir kepada seluruh segmen peradaban pada abad ke-21 ini. Gelombang peradaban itu datang baik dari “gejolak magma” kultural dari dalam, internal bangsa, dan internal umat islam, maupun dari arus globalisasi.
Makna Harfiah Madrasah
Madrasah mengandung arti tempat atau wahana anak mengeyam proses pembelajaran secara terarah, terpimpin, dan terkendali. Sehingga dalam pemakaiannya, kata madrasah lebih dikenal sebagai sekolah agama.
Dimensi Sejarah dan Budaya
Pengelolaan sistem pendidikan Islam dengan sistem madrasi memungkinkan cara pembelajaran secara klasikal. Sistem madrasi mengorganisasi kegiatan kependidikannya dengan sistem kelas-kelas berjenjang dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pelajaran sudah dipolakan.
Gerakan Internal pembaruan Islam sudah barang tentu merupakan variabel penting dalam pembentukan format madrasah. Ada dua kecenderungan yang dapat di identifikasikan. Pertama, Madrasah-madrsah diniyah salafiyah terus tumbuh dan berkembang dengan pertambahan jumlah maupun penguatan kualitas sebagai lembaga tafaqquh fid-din, yakni lembaga untuk (semata-mata) mendalami agama. Kedua, makin bermunculan madrasah-madrasah yang selain mengajarkan dan mendidikkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai islam, juga memasukan pelajaran-pelajaran yang diajarkan disekolah-sekolah yang diselenggarakan Pemerintah.
Realitas Dewasa Ini
Madrasah dewasa ini berdiri secara berdampingan dengan sistem persekolahan yang lain. Sebagian besar organisasi madrasah disusun serupa dengan organisasi persekolahan. Komposisi mata pelajaran di madrasah mencakup komponen-komponen mata pelajaran agama, seperti Alquran, hadis, fiqih, akidah, dan akhlak, sejarah kebudayaan islam serta bahasa arab. Komponen-komponen nata pelajaran ilmu sosial mencangkup geografi, sejarah, pendidikan moral pancasila, sosiologi, dan antropilogi. Komponen-komponen mata pelajaran eksakta mencangkup ilmu pengetahuan alam, kimia, fisika, biologi, dan matematika. Selain itu ada pula mata pelajaran seperti pendidikan olahraga dan kesehatan, kesenian, bahasa (indonesia maupun inggris), dan keterampilan.
Kebijakan Menyongsong Era Global
Departemen Agama menjadikan madrasah funsional sebagai salah satu lembaga layanan pendidikan bagi penduduk Muslim Indonesia yng sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Adapun perubahan-perubahan yang ingin disongsong, kebijakan-kebijakan mengembangkan madrasah perlu mengakomodasi tiga kepentingan. Pertama, bagaimana kebijakan itu pada dasarnya harus memberi ruang tumbuh yang wajar bagi aspirasi utama umat islam. Yakni, menjadikan madrasah sebagai wahana untuk membina roh atau praktik hidup keislaman. Kedua, Bagaimana kebijakan itu memperjelas dan memperkukuh keberadaan madrasah sebagai ajang membina warga negara yang cerdas, berpengetahuan, berkepribadian, serta produktif, sederajat dengan sistem sekolah. Ketiga, Bagaimana kebijakan itu bisa menjadikan madrasah dapat merespon tuntutan-tuntutan masa depan.
Membangun Harapan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, maka madrasah sejak dari tingkat ibtidaiyah sampai dengan tingkat aliyah, ditempatkan dalam kedudukan yang sama dengan sekolah-sekolah umum. Secara sah kita dapat menggantungkan harapan agar putra-putri bangsa “ yang menjadi pusat input madrasah”diolah menjadi SDM yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara memadai, serta memiliki daya kreativitas yang tinggi pula. Pada gilirannya diharapkan kaum terpelajar keluaran madrasah ini sanggup menjadi SDM Indonesia yang bisa merespon masa depannya secara tepat.
Pengembangan Pendidikan Islam yang Menjanjikan Masa Depan
Pengertian pendidikan islam menurut Zarqawi Soejati (1986). Pertama, pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Kedua, Pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran agama islam sebagai pengetahuan untuk program studi yangdiselenggarakan. Ketiga, Pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang mencangkup kedua pengertian tersebut diatas.
GARIS-GARIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL : SEBUAH ULASAN DAN KESIMPULAN.
Pendidikan Untuk Semua
Pendidikan untuk semua ( Education for All ) yang diperkenalkan oleh UNESCO, di Bangkok, dengan nama “ Asia-Pacific Programme for Education for All” (APPEAL) telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi program pendidikan yang sangat penting. Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan di bidang pembangunan pendidikan melalui berbagai strategi. Pertama, Perluasan dan pemerataan pendidikan dengan mewajibkan pendidikan 9 Tahun dan pendidikan bagi anak usia dini. Kedua, Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dari lokal-nasional menjadi mutu pendidikan taraf internasional, sehingga SDM kita akam mampu bersaing secar internasional. Ketiga, Mengembangkan standarisasi, akreditasi, dan sertifikasi lulusan SMK dan kursus terutama modal keterampilan yang banyak dibutuhkan di dunia kerja. Keempat, Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka melaksanakan demokratisasi pendidikan. Kelima, melakukan pembaruan organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efisiensi, efektifitas, dan otonomi pengelolaan pendidikan baik di pusat maupun daerah. Keenam, pembaruan pendidikan nasional berdasarkan prinsip demokrasi, otonomi, dan keadilan dalam rangka pemerataan, peningkatan mutu, relevansi, efisiensi, dan efektifitas pengelolaan pendidikan, dan agar dapat sesuai dengan tantangan global dan keanekragaman aspirasi daerah.
Mengelola Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa
Ada beberapa kendala utama belum maksimalnya kegiatan praktik bagi mahasiswa. Pertama, keinginan mahasiswa untuk cepat dalam menyelesaikan studinya. Kedua, Sistem pembelajaran yang ketat mendorong sulitnya mahasiswa memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang lain. Ketiga, Kurangnya kepedulian pimpinan Ptterhadap kegiatan kemahasiswaan. Keempat, Program dan kegiatan ditawarkan kurang dapat dihandalkan manfaatnya. Kelima, dana untuk membiayai kegiatan ekstrakulikuler sangat tidak memadai.
Pelatihan kewirausahaan, pelatihan kepemimpinan mahasiswa sebagai kader bangsa, pelatihan keterampilan manajemen mahasiswa, lomba karya tulis ilmiah dll. Merupakan program yang dapat dikembangkan menjadi program dan kegiatan unggulan bagi penciptaan SDM berkualitas.
C. Bangun Pendidikan, Awali Pencegahan Narkoba
Dewasa ini dunia pendidikan di Indonesia menghadapi dua tantangan. Pertama, perluasan pemerataan pelayanan pendidikan kepada seluruh anak bangsa dan peningkatan mutu serta relevansi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kedua, Usaha pencegahan terhadap narkoba, HIV/AIDS dan penyakit menular akibat pergaulan bebas. Departemen Pendidikan Nasional dalam usaha mencegah terhadap bahaya penggunaan narkoba, minuman keras , penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual di kalangan belajar, warga belajar, dan mahasiswa ditempuh dengan cara sebagai berikut: (1) Memasukan bahan ajar pada bidang-bidang studi yang terkait paad jalur sekolah, (2) Penyuluhan secara intensif ke sekolah-sekolah, (3) Bekerja sama dengan pihak kepolisian untukmengadakan pemeriksaan kesehatan kepda para pelajar.
D. Berantas Buta Aksara, Bangun Learning Society
Buta aksara ini berkaitan dengan kebododhan, kemiskinan, keterbelakangan yang menjadi penghambat bagi perkembangan umat manusia. Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan semaksimal mungkin sesuai kondisi, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat dalam pembangunan. Dengan membenahi pelayanan pendidikan yang bermakna bagi masyarakat melalui pemerataan, peningkatan mutu, relevansi, dan efsiensi peningkatan mutu sehingga mewujudkan masyarakat gemar belajar.
Pameran Buku : Membiasakan Tradisi Baca Masyarakat
Mengakrabkan masyarakat kepada buku berprestasi pada terciptanya tatanan sosial “ budaya baca” dimana buku menjadi kebutuhan yang memberikan inspirasi dan motivasi kehidupan yang lebih berkualitas. Kualitas buku-buku yang dipamerkan perlu menjadi perhatian utama oleh para peserta pameran dan para penerbit buku. Ada tiga halyang saling terkait dalam meningkatkan kualitas SDM. Pertama, Penciptaan sosial budaya yang mendorong meningkatnya partisipasi di bidang pendidikan. Kedua, Buku-buku yang berkualitas dengan harga terjangkau oleh masyarakat luas. Ketiga, Minat baca masyarakat. Untuk itu IKAPI sebagai institusi para penerbit buku perlu membangun komitmen untuk menerbitkan buku-buku berkualitas yang harganya terjangkau oleh masyarakat luas guna meningkatkan minat baca masyarakat.
Perlukah SMK Unggulan ?
Sistem pendidikan yang baik seharusnya mampu memberikan bekal bagi lulusannya untuk menghadapi kehidupan. Ada empat hal yang harus dilihat dalam gerak pendidikan, Yaitu Pertumbuhan (growth), perubahan (change), Pembaruan (development), dan berkelanjutan (sustainability). Mengembangkan sekolah unggul melalui SMK bertaraf internasional dan nasional itu penting.
Desentralisasi Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Strategi peningkatan mutu pendidikan, yaitupeningkatan kualitas pendidikan berorientasi keterampilan ( broad-based education ) dan peningkatan kualitas pendidikan berorientasi akademis ( high-based education ). Pendidikan berorientasi keterampilan ( broad-based education ) ini bisa dilihat dari data kohort dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi menunjukan bahwa tidak lebih dari 20% peserta, mereka perlu mendapat keterampilan yang memadai sehingga dapat menopang kehidupannya secara layak. Sedangkan Pendidikan berorientasi akademis ( high-based education ) ini bisa dipahami dari hasil studi the Third Internasional Mathematics and Science Study-Repeat.
Harapan Kepada LPSL
Seiring dengan perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat dan dramatis, LPSL harus melakukan reposisi dan dan inovasi yang tepat arah dan sasaran. Perubahan mendasar harus dilakukan di bidang kurikulum, proses belajar yang seimbang untuk menguasai praktik dan teori, penilaian yang dapat mengukur tingkat penguasaan kompetensi dan kinerja, dan penyediaan fasilitas pendidikan dan tenaga pendidik yang profesional.
Nalar Matematika dam Statistika
Lomba Nalar Matematika dan Statistika ( LOMASTA ) ini adalah menggerakan partisipasi peran masyarakat dan upayameningkatkan kualitas SDM. Melalui Lomasta kenalkan para pelajar bisa dikurangi dan dituntaskan. Membiasakan pelajar berfikir positif melalui lomba-lomba kependidikan adalah perlu diapresiasi.
Guru Berprestasi !
Para guru dituntut untuk berfikir inovatif dan kreatif di dalam pelaksanaan tugasnya sehingga tercipta kegiatan belajar-mengajar yang kondusif. Agar para guru dapat melaksanakan hak dan kewajiban, pemerintah (Depdiknas) sedang mengupayakan beberapa langkah, antara lain dengan menyusun RUU Guru RI, akan diatur tentang : (1) Penghasilan dan jaminan kesejateraan sosia, (2) Pembinaan karis berdasarkan prestasi kerja, (3) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya, (4) Penghargaan sesuai dengan dharma bhaktinya, (5) Penyediaan sarana-prasarana dan fasilitas pendidikan yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
TNI Manunggal dan Otonomi Pendidikan
Menghadapi era otonomi saat ini, sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999, pelaksanaan TMMDdiharapkan dapat memberikan motivasi masyarakat untuk lebih bertanggung jawab terhadap pembangunan desa pada khusus nya dan daerah pada umumnya.
Sejarah Lokal Perkaya Kurikulum Nasional
Kurikulum nasional memberi peluang kepada sekolah, terutama guru untuk mengantarkan sejarah, nilai dan tradisi lokal di dalam setiap pengalaman belajar sesuai dengan kurikulum lokal.
Dosen Pendamping Mahasiswa
Mempersiapkan para dosen menjadi pendamping dan pembimbing mahasiswa supaya mereka berfungsi dengan baik dan mampu melahirkan figur mahasiswa ideal yang unggul dalam kegiatan akademis dengan tetap berpijak pada lingkungan sosialnya adalah bukan hal mudah.
Menyinergikan PTN dan depdiknas
Merujuk kepada UU No. 25 Tahun 2000 tentang program Perencanaan Nasional 2000-2004, menegaskan beberapa hal diantara lain. Pertama, Mengenai program PT. Program pembangunan PT bertujuan untuk : (a) melakukan penataan sistem PT, (b) Meningkatkan kualitas dan relevansi PT dengan dunia kerja, (c) Meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh PT, khususnya bagi siswa berprestasi yang berasal dari keluarga ynag kurang mampu. Kedua, Sasaran yang ingin dan harus dicapai seperti, (a) Mewujudkan otonomi pengelolaan empat PTN, yaitu ITB, IPB, UI, UGM serta merintis penerapannya dibeberapa PTN lainnya, (b) meningkatkan jumlah lulusan yang terserap di dunia kerja, (c) Meningkatkan angka partisipasi kasar atau APK. Ketiga, Kegiatan pokok yang harus dilaksanakan oleh PT di beberapa bidang.
IAAI dan Urgensi Organisasi Profesi
Suatu tuntutan lain yang layak diajukan terhadap para ilmuan seperi yang tergabung dalam IAAI adalah agar hasil karya mereka, dalam ragam ilmiah atau ragam populer, dapat dipublikasikan sehingga bisa menjadi sumbangan bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mencintai Lingkungan Hidup
Pendidikan senantiasa diupayakan ke arah menumbuhkan kesadaran itu sejak usia dini hingga ke semua jalur, jenis, jenjang pendidikan paling tinggi.
Ke Mana Arah Pendidikan Nasional Harus Diacu ?
UU No. 25 Tahun 2000 tentang Propenas 2000-2004 menyatakan bahwa ada tiga tugas pokok yang harus dilaksanakan dibidang pendidikan. Pertama, mempertahankan hasil-hasil yang selama ini telah dicapai. Kedua, mengantisipasi era global dunia pendidikan. Ketiga, mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan / keadaan daerah dan peserta didi, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
Masukkan Pengelolaan Perpustakaan dalam RAPBN dan RAPBD
Perpustakaan di samping dapat menyediakan bahan informasi untuk memperluas dan memperdalam wawasan ilmu adalah mampu meningkatkan kemampuan teknologi dan membangun kebudayaan. Pendidikan tidak akan terselenggara dengan baik jika para pendidik dan peserta didik tidak dilengkappi perpustakaan sebagai salah satu sumber pengetahuan. Keterlibatan banyak pihak dalam sosialisasi perpustakaan adalah sebuah keniscayaan dalam mengantarkan fungsi, hakikat, dan peran perpustakaan bagi pembangunan SDM berkualitas.
Memajukan Masyarakat Melalui PLS
Ciri khas PLS yang fleksibel adalah mampu mengadaptasi secara tepat program-program pendidikan yang dimiliki dengan kebutuhan masyarakat dan pasar kerja.
Pendidikan Usia Dini (PUDI)
Bermain yang terlihat sebagai kegiatan sederhana ternyata berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bahasa, logika, matematika, sosial, bodi kinestik, musikal, interpersonal, dan kemampuan naturalis secara integral. John Dewey menekankan agar setiap anak memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar melalui bermain.
Olahraga dan Kepribadian Anak Bangsa
Sebuah kegiatan yang mengaktualisasikan hak-hak asasi manusia, maka karena itu setiap orang harus memiliki kesempatan untuk mengikuti pendidikan jasmani dan olahraga. Selaku mendiknas mendukung semua inisiatif mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, olahraga, dan lainnya dalam rangka penyaluran minat dan bakat guna menumbuhkembangkan kepribadian dan menjadi basis pelaksanaan bagi tugas – tugas pengabdian kepada masyarakat dan negara dimasa yang akan datang.
Pendidikan dan Kreatifitas
Kenyataan meneunjukan bahwa pendidikan dibangun dan dikembangkan sebagai sistem sekaligus aktivitas di masyarakat, bangsa, dan negara secara sengaja dan terencana. Tujuannya adalah untuk menumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, termasuk potensi memberikan respon kreatif terhadap hal-hal yang megitari kehidupannya. Kreatifitas ini dapat dibina, ditumbuhkan, ditemukan kembali dan ini semua dapat dicapai melalui praktik pendidikan. Semua mata pelajaran mestinya menumbuhkan daya kreativitas. Dengan demikian, seandainya dirasakan daya kreativitas peserta didik rendah, maka dipastikan ada sesuatu yang “ kurangmengena” dalam sistem maupun praktik pendidikan.
Kreativitas
Albert Enstein pernah mengatakan, Imagination is more important than knowledge ( imajinasi lebih penting dari sekedar pengetahuan ). Lahirnya berbagai karya manusia disekeliling kita ini, seperti teknologi, pada mulanya sekedar imajinasi. Imajinasi adalah upaya dan kekuatan membangun pencitraan mental suatu objek yang belum pernah ada sebelumnya. Kreatifitas didefinisikan secara berbeda-beda. Menurut Roger B. Yepsen Jr (1996), kreatifitas merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru. Menurut Mihaly Csikszentmihalyi ( 1996 ) orang yang kreatif adalah orang yang berpikir dan bertindak mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru. Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kreatifitas adalah kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sehingga pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya serta memecahkan masalah yang dihadapi.
Ada beberapa kriteria yang dapat dikemukakan mengenai kreativitas meskipun terkesan sepihak. Pertama, dalam respon-respon kreatif tercermin watak novelty (kebaruan atau newness) dan original. Kedua, dalam respon-respon kreatif terbukti secara efektif menggambarkan koherensi, kecocokan dengan situasi – situasi riil yang dihadapi, yang terkadang dengan cepat mengalami perubahan. Ketiga, dengan respon-respon kreatif tergambar suatu bentuk “realisasi” yang bermanfaat dalam memecahkan segenap persoalan dasar kehidupan manusia. Keempat, watak menonjol dari respon-respon kreatif ialah bahwa respon-respon itu dilandasi kesanggupan berfikir maupun mencandra secara divergent ( dari berbagai sudut pandang ), bukan berpikir convergent ( dari satu sudut ). Respon-respon kreatif semacam ini perlu mendapatkan pemupukan dan penumbuhan yang lebih subur dalam sistem dan praktik pendidikan yang harus diciptakan.
Kreativitas juga dapat dijadikan determinan penting untuk memacu produktivitasnya. Namun ada sesuatu yang harus diperhatikan, bahwa kreativitas jangan sampai dikacaukan oleh produktivitasnya. Orientasi pada mass-production yang berlebihan bisa memerangkap manusia pada kiat-kiat reproduksi yang jauh dari kreativitas lagi. Lingkungan yang responsif merupakan dasar yang kuat bagi pertumbuhan kreativitas. Dan manusia yang berbakat dan kreatif merupakan modal utama kemajuan masyarakat.
Bukan Serba Instan
Mempertemukan Pendidikan dan kreatifitas peserta didik tentu saja bukan sesuatu yang instan dalam sistem maupun model pelembagaan yang serba terbuka. Perlu ditumbuhkembangkan proses belajar mengajar yang memadukan pendekatan ilmu pengetahuan dan kehidupan nyata secara terus menerus sehingga memperkaya inisiatif (human initiative). Suasana belajar yang inovatif dapat memecahkan persoalan – persoalan krisis dalam pendidikan. Daya antisipasi bukan sekedar adaptasi dengan situasi baru, tetapi juga kemampuan untuk mempelajari, memprediksi, melihat kecenderungan yang akan terjadi, dan mengevaluasi sebab akibat atau dampak yang akan ditimbulkan.
Sementara daya partisipasi bukan sekedar adanya keterlibatan antara dua belah pihak ( peserta didik dan guru), melainkan timbulnya semangat kerja sama secara aktif dan saling mengerti. Dalam hal ini yang perlu dipelihara adalah suasana edukatif dan paedagogis, serta terhindarnya kesan-kesan indoktrinatif yang memandulkan daya partisipasi.
Kedua hal diatas ( inisiatif dan partisipasi ) harus berlangsung secara padu dalam proses belajar mengajar. Tujuan dan nilai yang hendak dicapai dari keterpaduan itu adalah ketahanan individu maupun kelas dalam menghadapi kehidupan serta menjaga harkat martabat manusia untuk tetap berkembang. Artinya, meskipun setiap individu berbeda-beda tetapi semua harus ikut mengantisipasi dan berpartisipasi dalam menghadapi perubahan dan perkembangan baru.
Untuk memunculkan peserta didik yang kreatif dibutuhkan guru yang kreatif. Yaitu guru yaang secara aktif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar dan membimbing peserta didik; dan guru yang senang melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam hidupnya. Guru demikian sangat mungkin untuk mampu mengapresiasi ekspresi kreativitas yang dimilikinya dan menjadi model identifikasi para peserta didiknya.
Beberapa masalah dalam upaya pengembangan kreativitas peserta didik disekolah. Pertama, para pendidik masih banyak yang belum memahami arti kreativitas dan bagaimana strategi pengembangannya dilingkungan sekolah. Kedua, keadaan dan suasana sekolah cenderung kurang kondusif untuk berkembangnya kreativitas, seperti yang sering mengemuka adalah perbedaan pndangan antar peserta didik dengan para pendidikmasih dianggap tabu dan pendidik masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber belajar utama yang tidak dapat disalahkan, dikritik, dan apalagi digugut. Ketiga, tuntutan pengembangan kreatifitas dengan sistem penilaian/ujian yang berlaku masih dirasakan kurang relevan dengan perkembangan peserta didik.
Akhirnya, jika pendidikan berhasil dengan baik, sejumlah orang kreatif akan lahir. Sebab tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru,tidak hanya mengulang apa yang telah dikerjakan oleh generasi lain.