Minggu, 17 Mei 2009

PAUD 4

Kualiatas Hidup Anak Cermin Kualitas Bangsa Di Masa Depan

Lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa emas kehidupan individu (The Golden Years). Menurut Tolstoy: “From the child of five to myself is but a step. But from the new born baby to the child of five is an appaling distance” (dari masa kanak-kanak sampai dewasa hanyalah selangkah, tetapi dari bayi lahir sampai usia lima tahun pertama merupakan jarak yang sangat jauh). Jadi, jangan abaikan lima tahun pertama kehidupan anak!

Pada masa-masa The Golden Years tumbuh kembang anak berlangsung begitu pesat. Panjang bayi yang saat lahir sekitar 48 – 51 cm dengan berat 3 kg tumbuh menjadi rata-rata 110 – 112 cm dengan berat badan sekitar 18 – 20 kg saat usia lima tahun. Hal ini tidaklah mudah mengingat kondisi lingkungan sering berubah-ubah, sementara sistem pertahanan (imun) masih berkembang. Kemampuan kognitif, imajinasi, dan komunikasi juga berkembang. Begitu pun dengan perkembangan gerak motorik kasar dan motorik halusnya. Ketika anak berusia 1 tahun keatas, anak memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku orang dewasa yang dilihatnya. Untuk itu, ajarkan perilaku-perilaku yang baik, seperti menggosok gigi, mencuci tangan, membaca buku, dan lain-lain. Pendidikan religius untuk membentuk akhlaknya dapat diberikan sedini mungkin. Kebiasaan beribadah, berdoa, membaca kitab adalah bentuk-bentuk pendidikan religi yang akan membekas dalam benak anak. Pada masa-masa emas anak, kemampuan anak menyimpan memori lebih kuat dibandingkan pada usia dewasa. Hal ini karena terjadi perkembangan mental yang cukup signifikan. Dalam perkembangan ini terjadi sebuah proses mental, yakni proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, inteligensia, berpikir, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep. Dalam pengertian yang lebih luas, proses mental tersebut menjangkau pula kreativitas, imajinasi, dan ingatan (Kent 1985 dirujuk Satoto,1990). Untuk itu, penanaman nilai-nilai religi dan moral perlu diberikan sedini mungkin untuk membentuk kecerdasan mental anak di kemudian hari. Anak mulai mengembangkan konsep diri ketika berusia 3 tahun. Pada usia tersebut, dasar-dasar kepribadian anak mulai diletakkan, yang membawa dampak jangka panjang dalam kehidupannya kelak. Peran orang tua disini adalah menciptakan lingkungan yang aman (secure attachment) sehingga memungkinkan anak mengembangkan konsep diri yang mempercayai orang-orang di sekitarnya.

Begitu pentingnya perkembangan mental anak pada masa-masa emas, pemerintah melalui Departemen Pendidikan mencanangkan sebuah pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yang dikenal dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Dalam UU No.20 tahun 2003 dinyatakan bahwa anak usia dini adalah sejak lahir sampai dengan umur 6 tahun. Penyelenggaraannya dapat melalui jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), non formal berbentuk Kelompok Bermain (Play Group), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan informal berbentuk pendidikan keluarga. Tujuan daripada PAUD adalah terciptanya perkembangan anak yang sehat dan optimal serta memiliki kesiapan dan berbagai perangkat keterampilan hidup yang diperlukan untuk proses perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya. Jika tujuan ini berhasil, diharapkan muncul manusia-manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, dan bermoral.

Karena itu, peran dan kehadiran orang tua sangat dibutuhkan pada masa-masa awal tumbuh kembang anak, mengingat sebagian besar waktu anak dihabiskan di lingkungan rumah. Rumah merupakan sekolah pertama bagi anak. Tumbuh kembang anak tidak mengenal waktu, senantiasa membutuhkan stimulus, respon, dan arahan setiap waktu. Stimulus atau respon tepat yang diberikan pada masa-masa puncak perkembagan memungkinkan anak mencapai prestasi perkembangan yang optimal. Jadi, semakin banyak stimulus yang diberikan orang tua kepada anaknya, semakin banyak pula bekal yang diberikan untuk mengembangkan aspek kecerdasan emosionalnya.

Permainan Edukatif

Salah satu stimulus yang dapat diberikan kepada anak adalah dengan bermain. Bermain merupakan sarana belajar yang paling efektif untuk menumbuhkan pola pikir kritis dan kreatif pada anak. Oleh karena, itu perlu dikembangkan konsep “bermain sambil belajar”. Tugas orang tua adalah menyediakan jenis permainan yang sesuai dengan usia anak. Agar perkembangan anak optimal, diperlukan suatu alat permainan edukatif (APE). Saat ini sudah tersedia berbagai APE yang dapat dengan mudah diperoleh di pasaran, dari yang standar, seperti lilin, kertas warna, puzzle, dan balok kontruksi yang dapat melatih keterampilan motorik halus, meningkatkan imajinasi, dan kreatifitas, sampai dengan yang canggih, yakni game-gamedalam komputer yang menuntut keterampilan motorik, kecepatan, kecermatan, dan ketepatan tinggi.

Di bawah ini diuraikan beberapa APE beserta manfaatnya:

  1. Kubus Wajah. Mainan berbentuk kubus bergambar mimic wajah orang, membantu anak mengenal emosi. Sesuai untuk anak usia 1 tahun.
  2. Buku Membilang. Mainan ini mengasah kecerdasan matematika dan menambah kosa kata anak. Sesuai untuk anak usia 2 tahun.
  3. Boneka Jari. Bermain peran (role playing) disukai anak usia 3 tahun keatas. Mainan ini bisa memperkaya emosi, merangsang imajinasi, dan melatih kemampuan anak berbahasa. Selain itu, juga mengasah kecerdasan intrapersonal dan interpersonal anak dengan melihat peran tokoh lain di luar dirinya.
  4. Papan Menyulam. Seperti kegiatan menjahit, dengan media tali dan alat seperti pensil untuk membuat berbagai bentuk. Mainan ini dapat meningkatkan keterampilan motorik halus, mengasah koordinasi tangan-mata, dan mendorong kreativitas anak. Mainan ini cocok untuk anak usia 3 tahun keatas yang akan belajar menulis.
  5. Kartu Bentuk. Mainan ini mengasah kecerdasan spasial (bentuk dan ruang) anak dan mengenalkan berbagai macam warna.
  6. Lego, Ludo, Othelo, dan Halma. Mainan-mainan ini melatih kecerdasan intelektual, konsentrasi, strategi, dan kegigihan berusaha serta kecerdasan emosional anak. Dapat diperkenalkan ketika anak berusia 3 tahun keatas.
Hindari sesering mungkin berkata “jangan” kepada anak ketika mereka sedang bereksplorasi karena dapat membunuh kreatifitas anak. Saat anak suka mencoret-coret dinding, sediakan area dinding yang boleh dicoret-coret. Sesekali biarkan mereka bereksplorasi dengan air, merasakan bagaimana perbedaan gerakan tangan ketika di udara dengan di air, bagaimana daya yang diperlukan untuk memukul air dan lain sebagainya. Bermain adalah sarana belajar anak. Selama tidak ada benda-benda tajam disekitar mereka yang dapat melukai, biarkan mereka bereksplorasi dan bereksperimen dengan mainan mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar